Pengendalian
Penyakit Flu Burung Pada Ayam Broiler
Latar belakang :
Pada masa sekarang
peternakan unggas terutama ayam broiler berkembang pesat di Indonesia. Hal ini
karena peternakan ayam broiler lebih efisien dari peternakan ruminansia dari
segi modal yang lebih rendah dan waktu panen yang relative singkat.
Pengembalian modal juga relative lebih cepat karena waktu panen yang singkat. Selain
waktu panen yang singkat factor yang menyebabkan cepatnya pengembalian modal
adalah harga unggas yang terjangkau dan permintaan yang pasar tinggi terhadap
unggas.
Namun dalam berternak ayam broiler terdapat
banyak masalah yang di hadapi seperti
penyakit flu burung yang menyerang unggas. Penyebab flu burung adalah virus
influenza tipe A virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin
(H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode
subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3,
H5N1, H9N2, H1N2 ,
H7N7, sedangkan pada binatang H1-H5
dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Salah
satu penyebab unggas terserang flu burung adalah kurangnya vaksin dan vitamin
yang di berikan oleh peternak. Ayam broiler adalah ternak yang dipelihara dalam
ruang yang sempit sehingga memperbesar kecepatan penularan penyakit pada ternak
lain.
Penyakit pada ayam
broiler bermacam-macam jenisnya, namun penyakit yang paling dikenal oleh
masyarakat adalah penyakit flu burung. Hal ini dikarenakan beberapa tahun ini
flu burung telah membuat banyak ayam mati mendadak. Hal
ini sangat merugikan peternak jika tidak dilakukan pengendaliaan pada penyaki
flu burung secara intensif.
Dengan Pencegahan virus
flu burung ini dapat meningkatkan produktifitas peternak karena hasil ternaknya
akan meningkat. Pencegahan dapat dilakukan dengan pengontrolan pakan dan jumlah
nutrisi yang diberikan. Selain itu pencegahan agar flu burung tidak menyebar ke
ternak lain kita harus memisahkan ternak yang sudah terserang penyakit
tersebut.
Dibutuhkan pengetahuan
bagi para peternak tentang ciri-ciri ternak yang terserang flu burung agar
dapat segera di tangani. Ternak yang suda terserang penyakit harus segera di
pisahkan agar tidak menular ke ternak lain. Namun masih sedikitnya pegetahuan
para peternak tentang cara mengatasi masalah flu burung membuat kasus flu
burung masih sering terjadi. Oleh karena itu, Penulis akan membahas tentang
cara pengendalian mengatasi flu burung dan bagaimana cara agar flu burug tidak
menular ke ternak lain.
Rumusan masalah :
- Bagaimana cara pencegahan agar ayam broiler agar tidak terserang flu burung?
- Bagaimana cara menangani penyebaran flu burung agar tidak menular ke ternak yang lai
- Mengetahui cara pengendalian flu burng pada unggas untuk mengurangi kerugian ternak akibat kematian ternak.
- Mengetahui cara menangani penyebaran penyakit flu burung pada ayam broiler agar tidak menular ke ternak yang lain.
Metode :
Metode yang digunakan oleh penulis dalam
menyusun karya ilmiah ini menggunakan beberapa metode yaitu studi pustaka dan
analisis data. Pemilihan metode studi pustaka diharapkan karya ilmiah yang
dibuat tidak menyimpang dari data yan sudah ada sebelumnya. Analisis data yang
digunakan dengan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan
mencari hal-hal yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang khusus. Metode
induktif dilakukan dengan mencari hal-hal yang khusus dan dapat ditarik
kesimpulan ke hal-hal yang umum. Dengan dua metode ini diharapkaan karya ilmiah
yang dibuat dapat memberikan informasi yang benar dan sesuai dengan fakta yang
ada.
Pemahasan :
1.1
Pencegahan agar ayam broiler agar tidak
terserang flu burung
Pencegahan
flu burung pada ayam broiler dapat dilakukan dengan 3 jalan, yakni dengan
peningkatan biosekuriti, pemberian vaksinasi, dan depopulasi serta stamping
out.
1.
Biosekuriti adalah cara menangani ternak secara
higienis, cara meliputi semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
mengendalikan wabah dengan mencegah semua kemungkinan kontak atau penularan
dengan peternakan yang tertular dan penyebaran penyakit. Tindakan meliputi :
a. Melakukan pengawasan lalu lintas dan tindakan karantina
atau isolasi local peternakan tertular dan lokasi penampungan unggas yang tertular serta membatasi secara ketat lalu
lintas kontaminan yang meliputi hewan atau unggas, produk unggas dan alas
kandang.
b. Membatasi lalu lintas orang atau pekerja dan kendaraan
yang keluar masuk lokasi peternakan
c. Para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi
peternakan harus dalam keadaan sehat
d. Untuk keamanan petugas maupun unggas, para pekerja dan
semua orang yang ada di lokasi peternakan atau penampungan unggas tertular
harus menggunakan pakaian pelindung, kacamata, masker, sepatu pelindung, dan
harus melakukan tindakan desinfeksi serta sanitasi
e. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau
burung air, tikus, lalat dan hewan lainnya.
f. Dekontaminasi dan desinfeksi adalah tindakan untuk
mensucihamakan secara tepat dan cermat terhadap pakan, air minum dan semua
peralatan, pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang
tercemar termasuk bangunan kandang yang bersentuhan dengan unggas, kandang atau
tempat penampungan unggas.
2. Vaksinasi merupakan program pengebalan dengan
memasukkan virus flu burung yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Tujuannya
adalah merangsang tubuh membentuk antibody untuk melawan virus flu burung
apabila suatu saat menyerang. Banyak peternak takut melakukan vaksinasi pada
unggasnya karena alasan takut unggasnya mati. Hal ini kurang benar karena
vaksin yang beredar saat ini adalah vaksin inaktif yang berasal dari virus flu
burung yang sudah dimatikan dan tingkat keamanannya lebih baik. Tahun 2006,
telah dibuat vaksin rekombinan inaktif yang dibuat dari virus H5N1 lokal dengan
metode reverse genetic.Vaksin flu burung memang cukup aman untuk hewan sehat,
tetapi jika sudah terlanjur sakit sebaiknya jangan divaksin karena keamanannya
tidak bisa dijamin. Pemilik sebaiknya melakukan program vaksinasi secara rutin
dan tidak usah menunggu ada ayam yang sakit baru divaksin karena antibody untuk
melawan flu burung tidak langsung timbul seketika. Pada umumnya, unggas akan
membentuk antibody 2 minggu setelah divaksin.
1.2 Menangani
penyebaran flu burung agar tidak menular
ke ternak lain
Flu burung
menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,penyakit ini dapat
menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang
berasal dari kotoran atau sekreta burung / unggas yang menderita flu burung.
Penyebaran virus flu burung ini sangat cepat yang mengakibatkan banyaknya ayam
yang mati mendadak. Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1
akan menularkannya dalam waktu singkat.
Agar penularan
tidak terjadi pada ternak lain kita harus mengetahui terlebih dahulu gejala ternak
yang terserang flu burung. Gejala klinis flu burung pada unggas mirip dengan
gejala newcastle disease, atau di indonesia disebut penyakit tetelo atau
pileren yang disebabkan oleh paramyxovirus.
Gejala Klinis ternak unggas yang terinfeksi
flu burung sebagai berikut:
1.
Jengger, pial, dan kulit perut yang tidak ditumbuhi
bulu bewarna biru keunguan.
2.
Pembengkakan di
sekitar kepala dan muka.
3.
Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata.
4.
Perdarahan di bawah kulit (subkutan)
5.
Perdarahan titik
(ptechie) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.
6.
Batuk, bersin, ngorok.
7.
Diare.
8.
Tingkat kematian tinggi.
Jika semua
unggas peliharaan memiliki daya tahan yang bagus maka infeksi tidak akan menyebabkan kematian,
dengan kata lain virus tidak aktif. Sebaliknya, jika kondisi unggas berada
dalam kondisi buruk maka flu burung dapat mematikan. Penyakit flu burung dapat
ditularkan dari unggas ke unggas lain atau dari peternakan ke peternakan lainnya
dengan cara sebagai berikut :
1. Kontak
langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.
2. Melalui
lendir yang berasal dari hidung dan mata.
3. Melalui
kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung.
4. Lewat
manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus.
5. Melalui
pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.
6. Melalui
udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi memiliki peran terbatas
dalam penularan antar kandang.
Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai
sumber (reservoir) virus dari dalam saluran intestinal dan dilepaskan lewat
kotoran. Jika ayam yang terinfeksi mengalami kematian, lebih baik ayam tersebut
dibakar agar bakteri tersebut ikut mati dan tidak menular ke ayam yang lain.
Usaha
yang dapat kita lakukan untuk memperkecil penularan dari ternak satu ke ternak
yang lain dengan cara sebagai berikut :
- Pisahkan ayam broiler yang tertular virus flu burung dengan ayam broiler yang sehat. Hal ini perlu dilakukan karena penularan virus flu burung sangat cepat.
- Kandang yang dibuat jangan terlalu sempit karena jika terlalu sempit penularan akan semakin cepat karena jarak ayam yeka berdekatan membuat kontak antar ayam semakin banyak.
- Kotoran ayam broiler sering di bersihkan karena salah satu cara penularan virus flu burung melalui kotoran ayam.
- Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar, karena burung liar dapat membawa virus flu burung
Kesimpulan
Flu
burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus H5N1 yang
menyerang unggas salah satunya ayam broiler. Pencegahan pada penyakit flu
burung sangat penting dilakukan agar tidak merugikan peternak Pencegahan dapat
dilakukan dengan pengontrolan pakan dan jumlah nutrisi yang diberikan. Selain
itu pencegahan agar flu burung tidak menyebar ke ternak lain kita harus memisahkan
ternak yang sudah terserang penyakit tersebut. Pencegahan flu burung pada ayam
broiler dapat dilakukan dengan 3 jalan, yakni dengan peningkatan biosekuriti,
pemberian vaksinasi, dan depopulasi. Jika semua unggas peliharaan memiliki daya
tahan yang bagus maka infeksi tidak akan
menyebabkan kematian, dengan kata lain virus tidak aktif. Sebaliknya, jika
kondisi unggas berada dalam kondisi buruk maka flu burung dapat mematikan.
Daftar
Pustaka
Cucunawangsih. 2006. Cara Mewaspadai dan
Mencegah Flu Burung. Jakarta: Gramedia.Yuliarti, Nurheti. 2006. Menyingkap Rahasia
Penyakit Flu Burung.Yogyakarta: Andi.Fadilah, R. 2011. Mengatasi 71 Penyakit Pada
Ayam. Jakarta: Agro Media Pustaka.Sudaryani, T. 2003. Teknik Vaksinasi dan
Pengendalian Penyakit Ayam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar