BAB I
PENDAHULUAN
Setiap
makhluk hidup mengalami proses tumbuh dan berkembang. Sel-sel yang menyusun tubuh menjalankan
fungsinya masing-masing pada proses tumbuh dan berkembang itu. Sel adalah
kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun
yang paling sederhana dari makhluk hidup. Sel yang terkumpul memiliki struktur
dan fungsi yang sama sehingga membentuk sebuah jaringan.Struktur jaringan berbeda antara hewan dan tumbuhan.
Jaringan pada hewan dapat dikelompokkan
menjadi 4 macam yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot,
dan jaringan saraf. Jaringan tumbuhan juga memiliki 6 macam jaringan yang
dibedakan berdasarkan bentuk dan fungsinya yaitu, jaringan muda (meristem),
jaringan dasar (parenkim), jaringan pelindung, jaringan penguat, jaringan
pengangkut, dan idioblast.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Sel
dan Jaringan yaitu mahasiswa mampu mengamati bagian bagian dari sel hewan dan
sel tumbuhan, mengetahui perbedaan sel hewan dan tumbuhan dan mengetahui
perbedaan jaringan tumbuhan dikotil dan monokotil. Praktikum ini diharapkan
mampu memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang bentuk serta struktur dari
sel dan jaringan pada hewan dan tumbuhan.
BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi
Pengenalan Sel dan Jaringan dilaksanakan pada Kamis, 22 September 2016 pukul
15.00 sampai dengan pukul 17.00 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1 Materi
Materi yang digunakan pada Praktikum
Pengenalan Sel dan Jaringan meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah
mikroskop, kaca objektif, kaca
penutup, silet atau cutter dan pipet
tetes, alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah aquades, daun Rhoeo
discolor segar, preparat awetan vili usus halus ayam, preparat awetan
jaringan monokotil Zea mays, preparat
awetan jaringan dikotil Hibiscus
rosa-sinensis L.
2.2 Metode
2.2.1 Pengenalan Sel
Metode yang digunakan dalam pengamatan sel hewan
menggunakan preparat awetan vili usus ayam adalah meletakkan preparat awetan
sel hewan pada meja mikroskop. Mengatur perbesaran mikroskop menjadi 40x dan
100x. Mengamati objek menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x
Metode yang
digunakan dalam pengamatan sel tumbuhan pada rambut tangkai tanaman Rhoeo discolor segar yaitu menyayat daun
Rhoeo discolor dengan posisi
melintang setipis mungkin dengan menggunakan silet pada permukaan bawah daun Rhoeo discolors segar. Meletakkan pada
kaca objek yang sudah di tetesi aquades. Menutup kaca objek dengan kaca penutup
usahakan jangan ada gelembung udara dengan cara di miringkan sekitar 45o.
Mengamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x dan 100 x.
Menggambar sesuai objek yang terlihat menggunakan alat tulis.
2.2.2 Pengenalan Jaringan
Metode yang digunakan dalam
pengamatan jaringan pada tumbuhan dikotil dan monokotil adalah meletakkan
preparat awetan tumbuhan dikotil dan monokotil pada meja mikroskop. Mengatur
perbesaran mikroskop menjadi 40 x dan 100 x. Mengamati preparat jaringan
tumbuhan dikotil dan monokotil dengan perbesaran 40 x dan 100 x. Menggambar
hasil pengamatan sesuai objek yang terlihat menggunakan alat tulis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan Sel
Sel adalah unit kehidupan terkecil, yang berarti sel
ini menjalani metabolisme, homeostatis, pertumbuhan, dan reproduksi pada
makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aloysius dan Sukirman (2008)
yang mengatakan bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil
dari makhluk hidup. Setiap makhluk hidup tersusun atas satu sel (uniseluler).
Ada juga yang tersusun atas banyak sel (multiseluler), kehidupan pada tingkat
seluler muncul dari keteraturan struktural, yang memperkuat tema tentang
sifat-sifat baru dan korelasi antara struktur dan fungsi sel. Ribuan jenis sel
terdapat didalam tubuh, namun semuanya memiliki ciri struktur yang sama. Hal
ini sesuai dengan pendapat Fawcett (2002) yang menyatakan bahwa sel dibagi
dalam 2 kompartemen utama, yaitu nukleus dan sitoplasma disekitarnya yang mudah
dibedakan berdasarkan bentuk dan cirinya. Makluk hidup tersusun atas ribuan sel bahkan milyaran,
namun sel sel tersebut saling berkaitan dan berperan aktif dalam tubuh makhluk
hidup. Perbedaan sel hidup dengan sel mati adalah pada struktur dan aktivitas
dari masing masing sel. Sel hidup berperan penting dalam metabolisme kehidupan
makluk hidup. Sel mati tidak memiliki peranan dalam proses kelangsungan hidup
dan hanya berupa dinding sel.
3.1.1 Sel Hewan
Hasil pengamatan pada praktikum pengamatan sel hewan
ditampilkan pada Ilustrasi 1. Data yang ditampilkan merupakan preparat vili
usus tikus putih perbesaran 100 x (sisi kiri) dan gambar pembanding (sisi
kanan) (Godam, 2008)
Ilustrasi 1. Data Pengamatan Sel Hewan
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan, sel-sel hewan umumnya tidak mempunyai dinding sel dan
memiliki sitoplasma. Hal ini sesuai pendapat Sugiharto et al. (2011) bahwa organel sel pada hewan meliputi membrane sel,
sitoplasma, nukleus, pori nukleus, kromosom, membrane nukleus, mikrotubula,
sentriola, aparat golgi, vakuola, mikrofilamen, reticulum endoplasmik, ribosom,
mitokondria, lisosom, silia dan flagella. Membran sel merupakan pembatas antar
sel, nucleus merupakan pusat control seluruh aktivitas sel dan sitoplama
merupakan cairan sel yang di dalamnya terkandung organel-organel sel. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Sudjadi (2006) yang mengatakan bahwa membrane sel
disebut juga membran plasma yang berfungsi sebagai perintang selektif yang
memungkinkan oksigen dan nutrien lain masuk ke dalam sel. Sitoplasma merupakan
cairan sel yang berisikan organel-organel, di dalam sitoplasma juga terdapat
nukleus yang merupakan organel yang mengatur seluruh aktivitas yang terjadi di
dalam sel.
3.1.2 Sel Tumbuhan
Hasil pengamatan pada praktikum pengamatan sel tumbuhan
ditampilkan pada Ilustrasi 2. Data yang ditampilkan merupakan gambar sel
Tumbuhan Rhoeo discolor perbesaran
100x (sisi kiri) dan gambar pembanding (sisi kanan) (Campbell et al,2008).
Ilustrasi 2. Penampang Sel Tumbuhan Rhoeo discolor
Berdasarkan hasil praktikum yang
dilakukan, Rhoeo discolor merupakan
sel hidup yang memiliki dinding sel, stomata, sitoplasma. Hal ini sesuai dengan
pendapat Aloysius dan Sukirman
(2008) yang menyatakan bahwa sel tumbuhan merupakan sel eukariotik yang
memiliki dinding sel, membrane sel, sitoplasma, intisel, plastid dan vakuola. Rhoeo discolor memiliki dinding
sel yang berfungsi sebagai pelindung organel-organel sel tumbuhan. Berbeda dengan sel hewan yang tidak memiliki dinding
sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al (2002) yang menyatakan bahwa sel tumbuhan cenderung
mempertahankan bentuknya karena memilki dinding sel. Daun Rhoeo discolor juga mengandung pigmen antosianin yang tergolong pigmen flavonoid yang dapat larut dalam air.
Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Winarti dan Firdaus (2010) yang mengatakan bahwa warna pigmen antosianin
yang dapat larut dalam air dan berwarna merah, biru, violet dan biasanya
dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.
3.1.3 Perbedaan
Sel Tumbuhan dan Sel Hewan
Berdasarkan pengamatan tentang pengenalan sel hewan
dan tumbuhan dapat diketahui sel-sel tumbuhan hampir selalu mengandung dinding
sel. Sel-sel hewan pada umumnya tidak mempunyai dinding sel. Plastid adalah
ciri dari sel tumbuhan, dan tidak ditemukan pada sel hewan. Vakuola merupakan
ciri pada sel sel tumbuhan, tetapi tidak penting atau bahkan tidak ada sama
sekali pada sel-sel hewan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sumadi dan Marianti (2007) bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki
perbedaan pada organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki membrane sel, sitoplasma,
reticulum endoplasma, intisel (nukleus), mitokondria, ribosom, plastid dan
vakuola. Bentuk dan ukuran sel tumbuhan memiliki ukuran lebih besar
dibandingkan dengan sel hewan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sudjadi
(2006) yang menyatakan bahwa ukuran sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan
serta memiliki bentuk yang tetap.
3.2 Pengenalan
Jaringan
Jaringan merupakan sekumpulan sel-sel yang memiliki
bentuk, asal, struktur dan fungsi yang sama. Sekumpulan jaringan akan membentuk
organ yang kemudian dari organ akan menciptakan suatu jaringan organ yang
kemudian akan membentuk suatu kehidupan. Pengertian jaringan ini sesuai dengan
pendapat Ferdinand dan Ariebowo
(2007) yang mengatakan bahwa sel-sel akan saling berhubungan satu sama lain dan
membentuk suatu kumpulan sel yang disebut jaringan. Macam-macam jaringan pada
hewan dan tumbuhan berbeda menurut bentuk dan fungsinya. Macam jaringan
tumbuhan yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan dewasa sendiri
memiliki 5 bagian yaitu jaringan parenkim, sklerenkim, kolenkim, xilem, dan
floem.Hal ini sesuai pendapat Sugiharto et
al. (2011) yang menyatakan bahwa jaringan dewasa terdapat 5 bagianya itu
jaringan parenkim, jaringan sklerenkim, jaringan kolenkim, jaringan xilem dan
jaringan floem.
3.2.1 Jaringan
Tumbuhan Monokotil
Hasil pengamatan pada praktikum acara Pengenalan Sel
dan Jaringan ditampilkan pada Ilustrasi 3. Data yang ditampilkan merupakan
preparat awetan akar jagung perbesaran 100 x (sisi kiri) dan gambar pembanding
(sisi kanan) (Campbell et al, 2003)
Ilustrasi 3. Data Pengamatan
Jaringan Monokotil
Berdasarkan hasil praktikum yang
dilakukan, terlihat beberapa struktur jaringan pada preparat awetan jaringan
monokotil akar jagung (Zea mays).
Terdapat jaringan pembuluh angkut yang letaknya tersebar. Pengamatan tersebut
sesuai dengan pendapat dari Sudjadi (2006) yang mengatakan bahwa ikatan
pembuluh tersebar di seluruh bagian batang tumbuhan monokotil, tetapi yang
paling banyak terdapat di bagian mendekati kulit luar batang. Tumbuhan jagung
merupakan tumbuhan monokotil. Tumbuhan monokotil memiliki beberapa bagian
jaringan meliputi jaringan epidermis, korteks, floem, xilem, palisade. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pratiwi (2006)
yang menyatakan bahwa akar tanaman jagung terdiri dari bahwa
bagian-bagian jaringan terdiri dari epidermis, korteks, floem, xylem, palisade,
empulur, endodermis.
3.2.2 Jaringan
Tumbuhan Dikotil
Hasil pengamatan pada praktikum acara Pengenalan Sel
dan Jaringan ditampilkan pada Ilustrasi 4. Data yang ditampilkan merupakan
preparat awetan batang bunga sepatu perbesaran 100 x (sisikiri) dan gambar
pembanding( sisikanan) (Campbell et al,
2003)
Ilustrasi 4. Pengamatan Jaringan
Dikotil
Berdasarkan hasil praktikum yang
dilakukan, pada preparat awetan jaringan dikotil Hibiscus rosa-sinensis L menunjukkan bahwa Jaringan dikotil
memiliki struktur yang lebih kompleks dan rapi serta memiliki endodermis, floem
dan xilem. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2003) yang menyatakan bahwa pada batang dikotil yang tampak
yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem. Perbedaan susunan
monokotil dan dikotil terletak pada letak jaringan pembuluh angkut. Keberadaan
empelur pada anatomi akar tumbuhan muda semakin menunjukkan bahwa tumbuhan
tersebut adalah tumbuhan dikotil. Hal ini sesuai pendapat dari Ferdinan dan
Ariebowo (2007) yang menyampaikan bahwa pada tumbuhan dikotil memiliki ikatan
pembuluh angkut, anatomi akar muda, dan
akar tua yang berbeda. Dimana ditemukannya empelur pada akar muda dan
sebaliknya pada akar tua
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa organel pada sel hewan meliputi membran sel, sitoplasma, nukleus.
Organel pada sel tumbuhan meliputi dinding
sel, membrane sel, sitoplasma, inti sel. Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan
yaitu sel hewan tidak memiliki dinding sel sedangkan sel tumbuhan memiliki
dinding sel, vakuola sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan. Perbedaan antara jaringan tumbuhan dikotil dan
tumbuhan monokotil yaitu pada letak dan bentuk pembuluh angkut, pada jaringan
tumbuhan monokotil pembuluh angkut letaknya tersebar sedangkan pada tumbuhan
dikotil tersusun lebih rapi.
4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, sayatan preparat harus setipis mungkin
agar hasil pengamatan terlihat dengan jelas dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aloysius, S dan Sukirman. 2008.
Biology. Yudhistira, Jakarta.
Campbell, N. A., J. B. Reece dan
L. G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi 5. Erlangga, Jakarta.
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi
Jilid 1 Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2008. Biologi
Jilid 1 Edisi 8. Erlangga, Jakarta.
Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar Histologi. EGC, Jakarta.
Ferdinand, F. dan M. Ariebowo.
2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo, Jakarta.
Godam. 2008. Gen dan kromosom.
Tarsito, Bandung.
Pratiwi, D. A. A. 2006. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Sudjadi, B. 2006. Biologi.
Yudhistira, Jakarta.
Sugiharto, T. Yudiarti, E.
Widiastuti., dan Isroli. 2011. Buku Ajar Biologi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sumadi dan A. Marianti. 2007. Biologi
Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Winarti, S dan A.Firdaus. 2010.
Stabilitas warna merah ekstrak bunga rosella untuk pewarna makanan dan minuman.
Jurnal Teknologi Pertanian. Volume 11 (2).
87 – 88.